Langsung ke konten utama

Syariat Islam dan Pluralisme di Mata Pemuda



Lembaga Kajian Demokrasi dan Otonomi (LeDO) Makassar bekerjasama dengan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Maros dan Salewanggan Reform Institute (SAREi) Maros menggelar Dialog Pemuda dan Demokrasi bertema; Syariat Islam, Pluralisme, dan Wawasan Kebangsaan Pemuda, Rabu  25 Januari 2012 .

Dialog ini mengajak para pemuda untuk mendiskusikan dan menelaah aspek-aspek yang melingkupi ide syariat Islam dalam kerangka politik lokal di Sulawesi Selatan. Juga untuk memberi pemahaman komprehensif tentang posisi ideologis agama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wawasan kebangsaan.

Hadir sebagai pemateri Sekretaris Jenderal Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam (KPPSI) Sulawesi Selatan (Sulsel) Waspada Santing, Dosen UIN Alauddin Makassar Dr Sabri, Cendikiawan Muda Maros Andi Muh Jufri, dan Tokoh Pemuda Maros yang juga Anggota DPRD Sulsel Wawan Mattaliu.

Dialog ini yang digelar di , di Trans Coffee Maros ini diikuti sejumlah pengurus Organisasi Kemasyaraktan Pemuda (OKP), pengurus Ormas keagamaan, aktivis organisasi kemahasiswaan, aktivis LSM, aparat pemerintah daerah, wakil dari Partai Politik, serta wartawan.

Waspada Santing memaparkan kalau penegakan syariat Islam memiliki sejumlah peluang yang perlu dikembangkan. Pertama adalah politik yang terkait dengan regulasi pelaksanaan. Kedua adalah birokrasi yang terkait dengan pelaksanaan kebijakan syariat islam ini dan ketiga adalah kesadaran masyarakat untuk menjalankannya.

"Sebenarnya dalam penerapan syariat Islam, negara sudah terlalu sering melanggar konstitusi dengan melanggar dan membatasi penganut agama untuk penegakan syariat agamanya," ujarnya.

Secara politik, kita memang sudah lepas dari pengaruh Belanda, tapi secara teori, hukum Islam hanya boleh berlaku kalau sudah diakui oleh masyarakat sebagai hukum adat. Hal itu pun mempengaruhi pikiran para tokoh politik kita.

Pembicara lain, Dr Sabri menyebutkan bahwa perlu langkah strategis dalam penegakan syariat Islam. Pertama, kita berjumpa pada kondisi historis bahwa bangsa kita adalah bangsa yang sangat plural. Karena itu, pluralisme ini harus kita selesaikan. Pluralitas itu fakta tentang kebinekaan.

Lain lagi dengan Andi Muhammad Jufri yang mengemukakan ketika dimensi Islam atau tema Islam-nation disandingkan, akan selalu ada dilema sebagai anak bangsa sekaligus sebagai umat. Semengtara Islam juga harus dipahami sebagai kekuatan sejarah dan peradaban. Karena itu, dua sisi ini harus dibedah menjadi sebuah domain untuk membangun wacana.

Sedangkan menurut Wawan Mattaliu, secara regulasi, saat ini ada sekitar 1200 Peraturan Daerah (Perda) yang antri di Jakarta, 34 persen diantaranya adalah Perda berbasis syariah. Sedangkan dalam konteks politik di Sulsel saat ini, sebenarnya banyak yang menunggu KPPSI berbicara.

"Saya lebih melihat bahwa banyak formula regulasi yang disupport elit politik atas nama agama hanya menempel, belum bisa mendapatkan ujungnya secara cerdas," katanya. **

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Citraan Pada Puisi Titipan Langi Karya Mardianto

A.     Pendahuluan Sastra merupakan ciptaan manusia yang memiliki ciri yang khas karena penyair berhak ingin menjadi apa saja dalam karyanya. Sastra merupakan kegiatan kreatif yang dihasilkan oleh seorang seniman dalam bentuk karya yang fundamental, baik itu dalam bentuk prosa, drama dan puisi sehingga penikmat atau pengapresiasi mampu membedakan jenis dan karekteristrik karya itu sendiri. Tjahjono (2008:1), menyatakan bahwa teks sastra hendaknya dilihat sebagai entitas yang hidup, bukan barang mati. Teks sastra itu sebenarnya sebuah organisme yang hidup bukan sekadar onggokan unsur-unsur bisu dan mati. Salah satu jenis karya sastra adalah puisi . Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dituangkan dalam bentuk bahasa yang padat. Penyair memberikan imajinasi atau pencitraan yang khas sesuai dengan kehendaknya. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya yaitu bagaimanakah citraan pada puisi titipan langit? Adapun tujuan ...

Pembentukan Karakter Disiplin dalam Pembelajaran

Disiplin A. Pendahuluan Proses pembelajaran bukan hanya berada pada lingkungan formal, tentu kita sepakat hal tersebut. dan bukan hanya pada ruang kelas sehingga banyak ruang dan waktu  dapat dimanfaatkan dalam belajar.  Salah satu cara atau strategi seorang guru agar peserta didiknya tetap belajar di rumah pada saat pulang sekolah yaitu pemberian tugas. Pemberian tugas di rumah menjadi suatu beban yang dirasakan oleh seorang peserta didik disamping kesibukannya bermain, tetapi tidak semua peserta didik seperti itu tentunya, bahkan ada juga peserta didik yang merasa bahwa pekerjaan rumah atau tugas kelompok sangat dibutuhkan oleh mereka. paling tidak bisa keluar dari beban rumah yang mungkin menurutnya adalah beban rumah tangga yang belum seharusnya dikerjakan oleh seorang anak kecil yang masih sekolah. padahal sudah jelas bahwa pekerjaan tersebut adalah proses belajar juga. Pekerjaan rumah adalah pemberian tugas yang sampai detik ini kami rasa adalah suatu pemberosan, k...

Maulid dan Praktek Bidah Terselubung di Sulawesi Selatan

Sejumlah masyarakat Cikoang bersiap-siap memperebutkan telur Beberapa Pendapat tentang "Bid'ah" merayakan Maulid Nabi Sumber dari  Perayaan Maulid Nabi "Bid ah dan Praktek Kesyirikan" Perayaan Maulid Nabi terus berlangsung dalam berbagai bentuknya sampai dilarang pada zaman pemerintahan Al-Afdhal Amirul Juyusy. Perayaan ini kemudian dihidupkan kembali di zaman pemerintahan Al-Hakim biamrillah pada tahun 524 Hijriyah setelah orang-orang hampir melupakannya. Dan yang pertama kali maulid Nabi dikota Irbil adalah Raja Al-Mudhaffar Abu Said di abad ketujuh dan terus berlangsung sampai di zaman kita ini. Orang-orang memperluas acaranya dan menciptakan bid’ah-bid’ah sesuai dengan selera hawa nafsu mereka yang diilhamkan oleh syaithan , jin dan manusia kepada mereka.” [Al-Ibda’ fi madhiril ibtida’: 126]. Satu hal yang sangat penting untuk diketahui bahwa Kerajaan Fathimiyyah didirikan oleh ‘Ubaidillah Al-Mahdi tahun 298 H di Maghrib (sekarang wilayah Maroko dan Alja...